Bahasa Arab adalah bahasa Islam, bahasa
Al-Quran, bahasa sunnah dan bahasa ilmu pengetahuan. Oleh karena itu,
maka mempelajari bahasa Arab tujuannya adalah untuk dapat memahami Al-Quran dan
As-Sunnah serta kitab-kitab pengetahuan yang berbahasa Arab secara baik dan
benar.
Mempelajari bahasa Arab tidaklah sama dengan mempelajari
bahasa-bahasa lain seperti bahasa Indonesia, bahasa Inggris dan sebagainya. Di
dalam mempelajarinya, memerlukan berbagai macam ilmu, diantaranya adalah ilmu
nahwu. Dan ilmu nahwu inilah yang akan kita kita pelajari saat ini.
Untuk memahami apa yang dimaksud dengan ilmu
nahwu, mari kita perhatikan perbandingan antara bahasa Arab dengan bahasa
Indonesia pada contoh berikut ini:
هَذَا كِتَا
بٌ : " Ini sebuah buku "
اِشْتَرَيْتُ
كِتَا بًا : "Saya membeli sebuah buku"
وَجَدْتُ
العُلُومَ مِنْ كِتَا بٍ : "Saya
mendapatkan pengetahuan dari sebuah buku"
Kata "buku" dalam bahasa Indonesia
pada tiga buah contoh di atas, tidak mengalami perubahan bunyi akhir kalimat
sedikitpun, sedangkan kata "Kitab" dalam bahasa Arab pada
ketiga contoh di atas, bunyi akhir kalimatnya berbeda-beda, ada yang berbunyi "bun",
"ban" dan "bin". Hal itu terjadi karena ada
perbedaan hukum I'rab pada kata kitab tersebut.
Dalam bahasa Arab, perubahan-perubahan seperti
di atas dipelajari dalam ilmu nahwu. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
ilmu nahwu itu adalah:
عِلْمٌ تُبْحَثُ
فيهِ أَحْوَالُ الكَلِمَاتِ العَرَبِيَّةِ مِن حَيْثُ الأِعْرَبُ و البِنَاءُ وَ
التّركِيبُ
"Ilmu yang dipelajari di dalamnya,
keadaan-keadaan kalimat-kalimat bahasa Arab ditinjau dari segi I'rab, Bina dan
Susunan kalimatnya".
Dan diktat yang singkat ini mencoba untuk
menjabarkan ilmu nahwu yang termuat dalam salah satu kitab klasik yaitu
Al-Ajurumiyah karangan Abu Muhammad bin Muhammad bin Daud As-Shanhaji (674-723
H) yang dikenal dengan nama Ibnu Ajrum.
BAB I
{الكلام}
A. Ta'rif Kalam
الكَلامُ هُو
اللَّفْظُ المُرَكَّبُ المُفِيدُ بِالوَضْعِ
"Kalam itu adalah lafadz yang telah
tersusun dan dapat memberikan pengertian sempurna yang disengaja serta sesuai
dengan aturan yang ditetapkan oleh tata bahasa Arab"
Contoh:
Kitab itu
penting
: الكِتَابُ
مُهِمٌّ
Pemandangan
itu indah المَنْظَرُ
جَمِيْلٌ :
Saya diam di
kamar : أَسْكُنُ في
الغُرْفَةِ
B. Syarat-Syarat Kalam
1. اللَّفظ yaitu:
الصَّوْت
المُشْتَمِلُ على بَعْضِ الحُرُوفِ الهِجَائيةِ
"suara yang mencakup kepada sebagian huruf
Hijaiyah"
Contoh: مَدْرَسَةٌ,
يَنْصُرُ, مِنْ
Yang dimaksud lafadz yang dijadikan syarat kalam
di sini adalah lafadz yang musta'mal (مستعمل) artinya biasa dipergunakan dan mempunyai makna, bukan lafadz muhmal (مهمل) yaitu yang tidak biasa dipergunakan karena tidak mempunyai makna seperti kata هَحِهُ,
دَيزُ .
2. المُرَكَّبُ, yaitu:
مَا
تَرَكَّبَ مِنْ كَلِمَتَيْنِ فــاكْثَرَ
"sesuatu yang tersusun dari dua buah kata
atau lebih". Susunan dua
kata atau lebih itu baik dhohir maupun muqaddar. Contoh yang dhohir:
- القُرْأَنُ كِتَابُ اللّهِ : Al-Quran itu kitab Allah
- الكَسَلُ مُضِرٌّ : Malas itu memadaratkan
Contoh
yang muqaddar
- اُنْصُرْ, اَضْرِبُ
3. المُفِيدُ yaitu:
ما أَفَادَ
فائِدَةً يَحْسُنُ السُّكُوتُ مِن المُتَكَلِّمِ وَ السَّامِعِ عَلَيها
"Sesuatu yang memberikan faidah dengan
sempurna yaitu sekiranya mutakallim (pembicara) dan pendengar diam (tidak
memberikan tanggapan)".
Mutakallim diam dalam arti dia tidak perlu
menerangkan lagi ungkapan yang telah dikemukakan olehnya, dan pendengar diam
dalam arti dia tidak perlu menanyakan lagi redaksi yang ia dengar dari
mutakallim. Contoh:
الأُسْتَاذَ يَقُوْمُ امَامَ الطُّلَّابِ : Pak guru berdiri di depan murid-murid.
Sekarang coba perhatikan contoh di bawah ini!
- اِنْ اَشْتَرِ دَرَّجَةً : Jika saya membeli sepeda,
- اذَا اجْتَهَدْتَ فى دِرَسَتِكَ: Jika kamu bersungguh-sungguh dalam belajarmu,
Kedua contoh di atas tidak bisa disebut kalam
walaupun sudah tersusun dari beberapa kata, sebab masih belum memberikan
pengertian yang sempurna (المُفِيد).
4. الوَضْعُ
Ada dua kemungkinan mengenai makna yang
terkandung dari kata الوَضْع tersebut. Yang pertama adalah القَصْدُ artinya
bahwa lafadz yang tersusun serta memberikan pengertian sempurna itu
"dimaksudkan" oleh mutakallim, ada juga yang mengartikan bahwa الوَضْع itu
maksudnya adalah الوَضْعُ العَرَبِيُّ artinya
bahwa lafadz yang sudah tersusun dan memberikan pengertian sempurna
tersebut sudah sesuai dengan wadlo (peletakan makna) yang telah ditetapkan oleh
orang Arab.
C. Satuan Kalam
Satuan untuk membentuk susunan kalam itu adalah
kalimat. Kalimat (kata dalam bahasa Indonesia) adalah:
الكَلِمَةَ
هِي لَفْضٌ مُفْرَدٌ دَلَّ على مَعْنًى
"Lafadz mufrod yang menunjukan pada suatu
makna".
Materi kalimat itu terkadang terdiri dari satu
huruf, dua huruf atau lebih sampai tujuh huruf. Contoh:
a.
Satu huruf : ب dalam بِسْمِ الّله
b.
Dua huruf : لا, هل, من,
فى
c.
Tiga huruf : على, نعم,
زيد, كلب
d.
Empat huruf : اكرم, كتاب,
مسجد
e.
Lima huruf : مدرسة,
اشترك, مجلّةُ
f.
Enam huruf : سبّورة,
قارورة, استخرج
g.
Tujuh huruf : استخراج,
استمراد
kalimat yang membentuk susunan kalam itu ada
tiga, yaitu:
1.
Kalimat isim (الأسم), ta'rifnya adalah:
كُلُّ
كَلِمَةٍ تَدُلَّ على داتٍ اَو صِفَةٍ اَو غَيْرِهِمَا ممَّا لا يَقَارِنَهُ
زَمانٌ
"Setiap kata/kalimat yang menunjukan kepada
dzat, sifat atau yang lainnya dari sesuatu yang tidak diikuti dengan
waktu".
Contoh kata benda/dzat:
دَفْتَرٌ : Buku tulis ضَرْبٌ : Pukulan
ماءٌ : Air رِيْحٌ : Angin
Contoh kata sifat:
طوِيلٌ : Panjang بَلِيدُ : Bodoh
قَصيرٌ : Pendek ناصرٌ : Penolong
2. Kalimat fiil (الفعل) ,
كُلُّ
كَلِمَةٍ تَدُلَّ على حُصُولِ حَدَثٍ فى زَمنٍ خَاصٍ
Setiap kalimat yang menunjukan
kepada terjadinya suatu peristiwa pada waktu tertentu.
Makna حَدَث yang dikandung oleh kalimat fiil itu bisa berarti:
1. Kejadian. Contoh: جَمُلَ : Telah indah حَسُنَ : Telah baik
2. ekePrjaan. Contoh: يَقْرَأُ : Sedang membaca يَكْتُبُ : Sedang membaca
3. Perintah. Contoh: اذهب : pergilah!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar